Anjuran Untuk Menjaga Lisan Atau Diam Didalam Ajaran Islam

Anjuran Untuk Menjaga Lisan Atau Diam Didalam Ajaran Islam- - -Diam merupakan bentuk penjagaan diri dalam berbicara. Sebagian besar manusia pasti berkeinginan menjadi orang yang dihormati oleh banyak orang. Akan tetapi, hanya sedikit manusia yang berhasil memenuhi keinginan tersebut.

Mereka dihormati oleh sebagian besar masyarakat karena mereka mampu menjaga lidahnya dalam berbicara. Sebagian orang yang lain tampak rendah dan hina di mata masyarakat lingkungannya, hal tersebut bisa jadi karena ia kurang bisa menjaga lidahnya dalam berbicara.

Banyak bicara menjadikan lisan seseorang mudah tergelincir dalam keburukan. Maka dari itu, diam merupakan rahasia diri seorang hamba agar terjaga kehormatan dirinya.

Lisan yang bentuknya kecil dan tidak bertulang tapi kalimat yang dikeluarkannya mampu menimbulkan berbagai kerusakan hubungan di antara sesama manusia. Oleh karena itu, tidak salah jika terdapat ungkapan bahwa lisan lebih tajam dari pada pedang.

Begitu banyak bencana yang ditimbulkan akibat terpelesetnya lisan, seperti dusta, mengumpat, adu domba, riya, bermuka dua, berkata keji, berdebat, mengingkari janji, membuka aib orang lain, memuji diri sendiri, melaknati, menyakiti orang lain untuk meruntuhkan kehormatannya, serta ucapan-ucapan kotor lainnya. Bahaya-bahaya seperti inilah yang selalu menggiringi lisan dalam mengucapkan kata-katanya, yang tidak terasa berat untuk diucapkan, namun efeknya luar biasa.

Banyak orang yang tidak menyadari tentang bahaya yang diakibatkan oleh tergelincirnya lisan. Padahal tergelincirnya lisan tidak saja membahayakan bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi orang lain, bahkan bahayanya bisa lebih jauh dari yang dibayangkan. Caci maki, hujatan, fitnah, dan adu domba merupakan contoh tergelincirnya lisan akibat dari banyak bicara.

Meskipun diam itu tampaknya ringan, tetapi sedikit sekali orang yang mampu melaksanakannya, lebih-lebih bagi orang yang suka bicara. Sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah saw. dalam sabdanya:

الصُّمْتُ حُكْمٌ وَ قَلِيْلٌ فَاعِلُهُ

Artinya: "Diam adalah kebijaksanaan dan sedikit orang yang mampu melaksanakannya."

Muhammad bin Wasi' berkata kepada Malik bin Dinar: "Wahai Abu Yahya! Menjaga lisan itu lebih berat dari pada menjaga uang dinar atau uang dirham!" Mengingat begitu besarnya efek yang ditimbulkan oleh perkataan maka diam adalah sikap mulia yang menjadi kebiasaan para Nabi dan Wali Allah. Diam itu indah dan nikmat karena bisa menentramkan batin dan menyedikitkan resiko yang bisa timbul akibat banyak bicara. Rasulullah saw. bersabda: "Diam adalah akhlak yang terbaik. Barang siapa suka humor tentu dia akan disepelekan."

Dari sinilah beliu menganjurkan untuk bergaul dengan orang yang diam lagi berwibawa, sebab dia akan mengajarkan berbagai hikmah dan keutamaan. Seperti yang beliau jelaskan dalam sabdanya:

اِذَا رَاَيْتُمُ الْمُؤْمِنَ صُمُوْتًا وَ قُوْرًا فَادْنُوْا مِنْهُ فَاْنَّهُ يُلَقِّنُ الْحِكْمَةِ

Artinya: "Apabila kamu melihat orang mukmin yang pendiam lagi berwibawa maka dekatilah dia. Sesungguhnya dia akan mengajarkan hikmah."

Mu'adz bin Jabbal pernah berkata kepada Rasulullah saw. "Ya Rasulullah! Beri aku wasiat!" Maka beliau bersabda:

اُعْبُدِ اللهَ كَاَنَّكَ تَرَاهُ وَعُدَّ نَفْسَكَ فِى الْمَوْتَى وَ اِنْ شِئْتَ اَنْبَاْتُكَ بِمَا هُوَ اَمْلِكُ مِنْ هَذَا كُلِّهِ وَ اَشَارَ بِيَدِهِ اِلَى لِسَانِهِ

Artinya: "Sembahlah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya. Dan daftarkanlah dirimu ke dalam golongan orang-orang yang mati. Jika engkau menghendaki maka aku beritahukan kepadamu, tentang sesuatu yang paling menguasaimu dari pada semua ini. Lalu beliau memberi isyarat kepada lisannya dengan tangannya."

Orang yang bijaksana akan selalu berpikir panjang sebelum berbicara. Jika bicaranya dapat menimbulkan kemudhorotan, baik bagi dirinya atau orang lain maka ia akan lebih memilih bersikap diam. Sebab diam itu bisa menjauhkan fitnah dan permusuhan. Dalam hal ini, Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya lisan seorang mukmin itu berada di belakang hatinya. Apabila hendak mengatakan sesuatu, ia mempertimbangkan dengan hatinya, kemudian ia laksanakan dengan lisannya. Adapun lisan orang munafik itu ada di depan hatinya. Apabila ia menginginkan sesuatu ia laksanakan dengan lisannya tanpa mempertimbangkan dengan hatinya."

Untuk itu, seluruh anggota tubuh senantiasa memperingatkan kepada lisan untuk berhati-hati dalam berbicara. Sebab kesalahan yang dilakukan oleh lisan dampaknya dapat dirasakan langsung oleh anggota tubuh yang lain sampai akhirat nanti. Seperti yang dijelaskan Rasulullah saw. dalam sabdanya:

اِذَا اَصَبَحَ ابْنُ اَدَمَ اصْبَحَتِ اْلاَعْضَاءُ ذُكِّرُ اللَِسَانَ اى تَقُوْلُ اِتَّقِ اللهَ فِيْنَا فَاِنَّكَ اِنِ اسْتَقَمْتَ اِسْتَقَمْنَا وَاٍنْ اِعْوَجَجْتَ اِعْوَجَجْنَا

Artinya: "Apabila anak cucu Adam masuk waktu pagi maka semua anggota badan berpesan kepada lisan. Maksudnya ia berkata, "Takutlah kepada Allah demi kami, karena jika kamu tegak, niscaya kami tegak. Jika kamu bengkok, niscaya kami bengkok!"

Anggota tubuh berpesan demikian karena khawatir akan menerima kerusakan dan siksaan yang diakibatkan oleh ketajaman dan kecerobohan lisan dalam berbicara. Bahkan anggota tubuh juga mengadukan lisan kepada Allah karena ketajamannya. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw.:

لَيْسَ شَيْءٌ مِنَ الْجَسَدِ اِلاَّ يَشْكُوْا اِلَى اللهِ اللِّسَانَ عَلَى حِدَّتِهِ

Artinya: "Tiada satu pun dari tubuh, kecuali mengadukan lisan kepada Allah karena ketajamannya."

Demikian yang dapat disampaikan Kumpulan Informasi Pendidikan mengenai Anjuran Untuk Menjaga Lisan Atau Diam Didalam Ajaran Islam, semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah wawasan bagi kita semua.

Postingan populer dari blog ini

Pengertian Dan Perbedaan Segment Dan Offset

Halal atau Haram Suami Memimum Air Susu Istri Dalam Sudut Pandang Islam

Hubungi Kami Untuk Berkonsultasi Atau Memberikan Saran Mengenai Pendidikan