Pengertian dan adab Menuntut Ilmu Dalam Sudut Padang Islam
Pengertian dan adab Menuntut Ilmu Dalam Sudut Padang Islam- - -Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Orang yang memiliki ilmu akan dapat membedakan antara petunjuk dan kesesatan, kebenaran dan kebatilan, sunnah dan bid’ah. Maka ilmu adalah perkara mulia yang hendaknya menjadi perhatian setiap muslim, perkara yang harus diutamakan. Karena ilmu itu lebih didahulukan daripada perkataan dan perbuatan.
Perhatikan hadits Rasulullah saw. di bawah ini:
اِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ اِنْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى اِذَا لَمْ يَبْقَ عَالِمًا اِتَّخَذَ النَّاسَ رُؤَسَاءَ جُهَّالاً فَسُئِلُوْا فَافْتُوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوْا وَ اَضَلُّوْا ـ رواه البخارى و مسلم
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu (pengetahuan) dengan mencabutnya dari hamba-Nya, akan tetapi Ia akan mencabut ilmu tersebut dengan cara mencabut (nyawa) para ulama, sehingga apabila tida ada ulama maka orang-orang akan mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh, apabila mereka ditanya kemudian memberi fatwa (nasihat) tanpa ilmu pengetahuan maka mereka akan sesat dan menyesatkan.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits ini dijelaskan bahwa apabila Allah hendak mencabut suatu ilmu maka terlebih dahulu Allah akan mencabut nyawa ulama. Ini bisa dimaklumi bahwa yang memiliki ilmu itu adalah ulama. Seandainya ilmu ulama itu belum sempat dipelajari oleh orang lain maka akan hilanglah ilmu itu. Kemudian hadits di atas juga menjelaskan bahwa apabila sudah tidak ada orang yang pandai (agama), akhirnya orang bodoh pun akan diangkat sebagai pemimpin, yang akan tersesat dan menyesatkan orang lain.
Dalil-Dalil Keutamaan Ilmu Dari al Qur’an
Terdapat banyak dalil, baik dari Kitabullah maupun Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjelasakan tentang keutamaan, keagungan serta ketinggian ilmu. Diantaranya adalah :
Pertama : Firman Allah ta’ala :
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ [آل عمران:18]
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [Ali Imraan : 18]
Ayat ini menunjukkan akan keutamaan ilmu, karena Allah ta’ala telah menggandengan persaksian para ulama’ dengan persaksian-Nya dan persaksian para malaikat, bahwa Dia adalah sesembahan yang benar, yang berhak diibadahi, tidak ada Ilah yang benar melainkan Dia.
Kedua : Firman Allah ta’ala :
وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا [طه:114]
“Dan katakanlah (wahai Nabi Muhammad) tambahkanlah ilmu kepadaku.” [Thaaha : 114]
Allah ta’ala memerintahkan NabiNya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta kepadaNya tambahan ilmu. Ini adalah dalil yang sangat jelas akan keutamaan menuntut ilmu, karena tidaklah Allah perintahkan kepada beliau untuk meminta tambahan sesuatu kecuali hanya tambahan ilmu.
Ketiga :
Allah ta’ala ketika menjelaskan keutamaan ilmu serta keagungan kemuliaannya berfirman :
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ [الزمر:9]
“Katakanlah, apakah sama antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak tahu.” [Az Zumar : 9]
Dalam ayat ini Allah ta’ala membedakan antara ahlul ilmi dengan selainnya. Dia menjelasakan bahwa tidaklah sama antara orang yang tahu kebenaran dengan orang yang jahil akan kebenaran.
Keempat : Allah ta’ala menjelaskan tentang kemuliaan ahlul ilmi serta keutamaan mereka dalam firman-Nya :
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ [فاطر:28]
“Sesungguhnya yang benar-benar takut kepada Allah diantara para hamba-Nya adalah para ulama’.” [Faathir : 28]
Didalam ayat ini Allah ta’ala menerangkan bahwa ulama’ yang haqiqi adalah orang yang takut kepada Allah (ahlul khosyah).
Dalil-Dalil Keutamaan Ilmu Dari As Sunnah
Kita dapati banyak sekali dali-dalil yang besumber dari al Qur’an yang menunjukkan akan keutamaan ilmu. Demikian pula dalil-dalil yang berasal dari As Sunnah An Nabawiyah dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diantaranya adalah :
Pertama :
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya, dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Barangsiapa yang menempuh suatu perjalanan dalam rangka untuk menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan baginya jalan ke surga. Tidaklah berkumpul suatu kaum disalah satu masjid diantara masjid-masjid Allah, mereka membaca Kitabullah serta saling mempelajarinya kecuali akan turun kepada mereka ketenangan dan rahmat serta diliputi oleh para malaikat. Allah menyebut-nyebut mereka dihadapan para malaikat.”
Kedua :
Sebuah hadits yang ada di shahihain dari Muawiyah radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan, niscana akan difahamkan tentang urusan agamanya.”
Hadits ini menunjukkan bahwa seorang hamba yang memiki semangat dan perhatian dalam menuntut ilmu merupakan salah satu tanda yang menunjukkan bahwa Allah menghendaki kebaikan baginya. Karena siapa saja yang Allah kehendaki padanya kebaikan maka akan difahamkan dalam urusan agamanya.
Ketiga :
Hadits yang dikeluarkan oleh Abu Dawud dan yang lainnya, dari Abu Darda radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ ، وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ، وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ، وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ ، وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Barangsiapa menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah akan tunjukkan baginya salah satu jalan dari jalan-jalan menuju ke surga. Sesungguhnya malaikat meletakan syap-sayap mereka sebagai bentuk keridhaan terhadap penuntut ilmu.Sesungguhnya semua yang ada di langit dan di bumi meminta ampun untuk seorang yang berilmu sampai ikan yang ada di air. Sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu dibandingkan dengan ahli ibadah sebagaimana keutamaan bulan purnama terhadap semua bintang. Dan sesungguhnya para ulama’ adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya mereka tidaklah mewariskan dinar maupun dirham, akan tetapi mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil bagian ilmu maka sungguh dia telah mengambil bagian yang berharga.”
Ini adalah hadits yang sangat agung. Berisi penjelasan tentang keutamaan ilmu, kemuliaan ahlul ilmi dan pahala mereka disisi Allah ta’ala. Hadits diatas mengandung lima kalimat, setiap kalimatnya menunjukkan akan keutamaan ahlul ilmi dan tingginya kedudukan mereka disisi Allah ta’ala. Oleh karena itu ImamAl Hafidz Ibnu Rajab rahimahullah memiliki tulisan khusus yang menjelaskan hadits ini.
Demikian yang dapat disampaikan Kumpulan Informasi Pendidikan mengenai Pengertian dan adab Menuntut Ilmu Dalam Sudut Padang Islam, semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah wawasan bagi kita semua.
Orang yang memiliki ilmu akan dapat membedakan antara petunjuk dan kesesatan, kebenaran dan kebatilan, sunnah dan bid’ah. Maka ilmu adalah perkara mulia yang hendaknya menjadi perhatian setiap muslim, perkara yang harus diutamakan. Karena ilmu itu lebih didahulukan daripada perkataan dan perbuatan.
Perhatikan hadits Rasulullah saw. di bawah ini:
اِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ اِنْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى اِذَا لَمْ يَبْقَ عَالِمًا اِتَّخَذَ النَّاسَ رُؤَسَاءَ جُهَّالاً فَسُئِلُوْا فَافْتُوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوْا وَ اَضَلُّوْا ـ رواه البخارى و مسلم
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu (pengetahuan) dengan mencabutnya dari hamba-Nya, akan tetapi Ia akan mencabut ilmu tersebut dengan cara mencabut (nyawa) para ulama, sehingga apabila tida ada ulama maka orang-orang akan mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh, apabila mereka ditanya kemudian memberi fatwa (nasihat) tanpa ilmu pengetahuan maka mereka akan sesat dan menyesatkan.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits ini dijelaskan bahwa apabila Allah hendak mencabut suatu ilmu maka terlebih dahulu Allah akan mencabut nyawa ulama. Ini bisa dimaklumi bahwa yang memiliki ilmu itu adalah ulama. Seandainya ilmu ulama itu belum sempat dipelajari oleh orang lain maka akan hilanglah ilmu itu. Kemudian hadits di atas juga menjelaskan bahwa apabila sudah tidak ada orang yang pandai (agama), akhirnya orang bodoh pun akan diangkat sebagai pemimpin, yang akan tersesat dan menyesatkan orang lain.
Dalil-Dalil Keutamaan Ilmu Dari al Qur’an
Terdapat banyak dalil, baik dari Kitabullah maupun Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjelasakan tentang keutamaan, keagungan serta ketinggian ilmu. Diantaranya adalah :
Pertama : Firman Allah ta’ala :
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ [آل عمران:18]
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [Ali Imraan : 18]
Ayat ini menunjukkan akan keutamaan ilmu, karena Allah ta’ala telah menggandengan persaksian para ulama’ dengan persaksian-Nya dan persaksian para malaikat, bahwa Dia adalah sesembahan yang benar, yang berhak diibadahi, tidak ada Ilah yang benar melainkan Dia.
Kedua : Firman Allah ta’ala :
وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا [طه:114]
“Dan katakanlah (wahai Nabi Muhammad) tambahkanlah ilmu kepadaku.” [Thaaha : 114]
Allah ta’ala memerintahkan NabiNya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta kepadaNya tambahan ilmu. Ini adalah dalil yang sangat jelas akan keutamaan menuntut ilmu, karena tidaklah Allah perintahkan kepada beliau untuk meminta tambahan sesuatu kecuali hanya tambahan ilmu.
Ketiga :
Allah ta’ala ketika menjelaskan keutamaan ilmu serta keagungan kemuliaannya berfirman :
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ [الزمر:9]
“Katakanlah, apakah sama antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak tahu.” [Az Zumar : 9]
Dalam ayat ini Allah ta’ala membedakan antara ahlul ilmi dengan selainnya. Dia menjelasakan bahwa tidaklah sama antara orang yang tahu kebenaran dengan orang yang jahil akan kebenaran.
Keempat : Allah ta’ala menjelaskan tentang kemuliaan ahlul ilmi serta keutamaan mereka dalam firman-Nya :
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ [فاطر:28]
“Sesungguhnya yang benar-benar takut kepada Allah diantara para hamba-Nya adalah para ulama’.” [Faathir : 28]
Didalam ayat ini Allah ta’ala menerangkan bahwa ulama’ yang haqiqi adalah orang yang takut kepada Allah (ahlul khosyah).
Dalil-Dalil Keutamaan Ilmu Dari As Sunnah
Kita dapati banyak sekali dali-dalil yang besumber dari al Qur’an yang menunjukkan akan keutamaan ilmu. Demikian pula dalil-dalil yang berasal dari As Sunnah An Nabawiyah dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diantaranya adalah :
Pertama :
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya, dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Barangsiapa yang menempuh suatu perjalanan dalam rangka untuk menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan baginya jalan ke surga. Tidaklah berkumpul suatu kaum disalah satu masjid diantara masjid-masjid Allah, mereka membaca Kitabullah serta saling mempelajarinya kecuali akan turun kepada mereka ketenangan dan rahmat serta diliputi oleh para malaikat. Allah menyebut-nyebut mereka dihadapan para malaikat.”
Kedua :
Sebuah hadits yang ada di shahihain dari Muawiyah radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan, niscana akan difahamkan tentang urusan agamanya.”
Hadits ini menunjukkan bahwa seorang hamba yang memiki semangat dan perhatian dalam menuntut ilmu merupakan salah satu tanda yang menunjukkan bahwa Allah menghendaki kebaikan baginya. Karena siapa saja yang Allah kehendaki padanya kebaikan maka akan difahamkan dalam urusan agamanya.
Ketiga :
Hadits yang dikeluarkan oleh Abu Dawud dan yang lainnya, dari Abu Darda radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ ، وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ، وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ، وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ ، وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Barangsiapa menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah akan tunjukkan baginya salah satu jalan dari jalan-jalan menuju ke surga. Sesungguhnya malaikat meletakan syap-sayap mereka sebagai bentuk keridhaan terhadap penuntut ilmu.Sesungguhnya semua yang ada di langit dan di bumi meminta ampun untuk seorang yang berilmu sampai ikan yang ada di air. Sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu dibandingkan dengan ahli ibadah sebagaimana keutamaan bulan purnama terhadap semua bintang. Dan sesungguhnya para ulama’ adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya mereka tidaklah mewariskan dinar maupun dirham, akan tetapi mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil bagian ilmu maka sungguh dia telah mengambil bagian yang berharga.”
Ini adalah hadits yang sangat agung. Berisi penjelasan tentang keutamaan ilmu, kemuliaan ahlul ilmi dan pahala mereka disisi Allah ta’ala. Hadits diatas mengandung lima kalimat, setiap kalimatnya menunjukkan akan keutamaan ahlul ilmi dan tingginya kedudukan mereka disisi Allah ta’ala. Oleh karena itu ImamAl Hafidz Ibnu Rajab rahimahullah memiliki tulisan khusus yang menjelaskan hadits ini.
Demikian yang dapat disampaikan Kumpulan Informasi Pendidikan mengenai Pengertian dan adab Menuntut Ilmu Dalam Sudut Padang Islam, semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah wawasan bagi kita semua.